SPIRIT SUMPAH PEMUDA DAN MISI SKPP 2020

 

  

SPIRIT SUMPAH PEMUDA DAN MISI SKPP 2020

 Setiap tanggal 28 Oktober kita memperingati hari sumpah pemuda. Ada macam-macam cara memperingati dan memaknai hari istimewa ini. Dalam catatan sejarah, kongres pemuda ini memiliki tiga tujuan yaitu melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda-pemudi, membicarakan masalah pergerakan pemuda dan memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh persatuan pemuda/i.  Mereka semua berasal dari berbagai organisasi seperti : Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Jong Ambon, Katholikee Jongelingen Bond, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun beberapa orang perwakilan dari pemuda peranakan kaum Tionghoa di Indonesia  seperti Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok, dan Tjio Djien Kwie.

Berdasarkan catatan komposisi dan tujuan yang telah disebutkan di atas, ada beberapa catatan. Pertama, pengakuan akan kemajemukan. Kesadaran ini menunjukkan bahwa penerimaan akan  satu sama lain diantara pemuda/i walau memiliki latar belakang yang berbeda. Kedua, perjumpaan menjadi sesuatu yang penting. Dengan kata lain, kemajemukan dapat menjadi manifestasi jika ada moment perjumpaan. Pada akhirnya perjumpaan melahirkan cita-cita bersama menjadi satu Nusa, Bangsa, dan Bahasa yaitu Indonesia.

Misi penting dari Sekolah Kader Pengawas Partisipatif Tingkat Nasional (SKPP)

Pada 5 – 19 Oktober 2020 lalu Bawaslu Mengadakan kegiatan Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP)Tingkat Nasional Angkatan III gelombang 1 di Bogor Jawa Barat. Sebanyak 50 peserta berasal dari  Prov.Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta,Bali dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Moment SKPP ini juga mempertemukan pemuda dan pemudi lintas Etnis, Ras, Agama dan wilayah. Kegiatan ini merupakan salah satu inovasi Bawaslu RI untuk membangun kesadaran masyarakat terkait isu kepemiluan dan pengawasan. dari perjumpaan ini juga melahirkan cita-cita bersama yang menjadi misi penting para kader. Pertama, 50 orang pada angkatan ketiga ini dapat menjadi simpul pengawas partisipatif di masyarakat.  Kedua, inisiator untuk pengawasan partisipatif di kelompok/komunitas masing-masing. Ketiga, memberikan advokasi isu yang terjadi di masyarakat.

 

Sejak pemilu 2019 sampai hari ini berita hoax atau informasi tidak benar bertebaran di mana-mana. Media  sosial (Fb, Wa Group, Ig, Twitter) dan media online menjadi media yang paling kuat tersalurnya hoax tersebut. Kemudian pada tahun 2020 ini kita juga akan melaksanakan pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak di 270 kepala daerah, dengan rincian 9 Pilgub, 224 Pilbub, dan 37 Pilwakot. Dalam rangka memperingati hari ulang tahun yang ke-92 dari Sumpah Pemuda, saya membagikan refleksi tentang spirit sumpah pemuda yang dapat menjadi Spirit Kader SKPP 2020.

Keberagaman yang rentan

Keberagaman adalah sesuatu yang rentan. Artinya kehadirannya memungkinkan untuk persatuan tetapi juga terbuka terhadap konflik  sosial yang berujung perpecahan. Oleh karena itu perspektif  menjadi penting dalam melihatnya.

Kemajemukan dalam  perpektif  persatuan telah ditunjukkan oleh generasi Sumpah Pemuda. Mereka mengesampingkan ego kelompok untuk menyamakan tekat dan cita-cita dengan cara bertemu. Sedangkan perspektif lain dapat ditemukan dalam wajah intoleransi yang terjadi hari-hari ini.  Salah  satu contoh kasus yang dapat disebutkan ialah pembubaran kegiatan ibadah keagamaan tertentu oleh sekelompok orang. Misalnya kejadian yang menimpah keluarga Jamin Sihombing yang melakukan ibadah di rumah dan kemudian dibubarkan oleh dua pria (19/4) cikarang Jawa Barat. Ini bukan pertama kalinya kasus intoleransi terjadi di negara kita. Ada banyak kasus lainnya yang sudah menjadi preseden buruk bagi keberagaman kita. Hal-hal ini menjadi kontradiktif dengan spirit kebhinekaan sebagai bangsa yang majemuk. Jika dibiarkan, virus intoleransi ini dapat menjadi benih virus Radikalisme yang kini telah membunuh banyak manusia di dunia. Padahal spirit Sumpah Pemuda/i  menyadari betul bahwa keragaman yang kita miliki merupakan realitas yang harus dijaga eksistensinya agar Indonesia tetap menjadi negara besar.

Hantaman Hoax

Dunia sedang bergerak dalam era digital. Pembangunan infrastruktur digital menjadi masif. Dampaknya akses informasi menjadi mungkin bagi setiap orang. Arus informasi tak terbentung derasnya. Berita hoax menjadi salah satu dari banyaknya informasi yang dapat diakses. Menurut Masyarakat Telematika  Indonesia (MASTEL) dan Asosiasi Penyelenggaran  Jasa Internet  Indonesia (APJII) munculnya fenomena penyebaran hoax disebabkan oleh rendahnya literasi informasi digital  kepada masyarakat melalui internet. Bahkan data dari kominfo hingga 5 Mei 2020 hasil pantauan Tim AIS Ditjen Aptika, menunjukkan 1.401 konten hoaks dan disinformasi Covid-19 beredar di masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan dan penguatan literasi digital bagi masyarakat perlu dilakukan.

Penyebaran hoax berdampak pada kehidupan manusia., baik itu individu,  agama, sosial, budaya dan bernegara. Relasi  antar manusia, agama dan budaya  yang satu dengan yang lain menjadi terganggu. Orang-orang saling mencurigai satu terhadap yang  lain. Misalnya, pemilu tahun 2019, banyak berita hoax yang disebarkan untuk menjatuhkan lawan politik. Atau pada masa pandemi ini, ada saja berita hoax yang tersebar berkaitan dengan vaksin covid-19. Apalagi saat pandemi ini, kita juga akan merayakan pesta demokrasi Pilkada serentak pada 9 desember mendatang. Oleh karena itu kita perlu belajar dari pemilu 2019 agar tidak mudah termakan informasi hoax yang dapat memicuh konflik.

Pentingnya Jaringan

Memeriksa kembali apa yang yang dilakukan orang muda pada  92 tahun silam, ditemukan spirit satu Nusa, satu Bangsa dan satu Bahasa. Apa yang telah mereka tunjukkan membuktikan bahwa berjejaring menjadi penting dalam kehidupan bersosial dan bernegara.

Berhadapan dengan keberagamaan yang rentan, era digitalisasi, dan hoax yang terus tumbuh, dengan spirit sumpah pemuda, generasi saat ini Khususnya Kader SKPP diajak berjejaring. Jika Paramoedya Ananta Toer mengatakan bahwa kita harus adil sejak dalam pikiran, maka di zaman ini, sejak dalam pikiran harus ada pikiran untuk berjejaring. Dengan kemajuan digital, peluang berjejaring menjadi terbuka.

Dalam membangun gerakan, berjejaring saja tidak cukup. Oleh karena itu, perjumpaan menjadi cara selanjutnya untuk mewujudkan cara berpikir yang berjejaring. Jalan perjumpaan merupakan ekspresi nyata kesediaan untuk menghidupi  semangat Sumpah Pemuda tetapi juga langkah gerakan bersama melawan kerentanan keberagaman. Penulis yakin bahwa  setelah moment perjumpaan SKPP 2020, banyak jalan terbuka untuk melakukan gerakan bersama.

Pertama, gerakan  bersama pasca moment perjumpaan ialah melawan berita hoax. Sikap kritis menerima dan membagi informasi seperti cek dan ricek sebelum disebarkan  merupakan cara menghentikan atau melawan sebaran hoax. Kedua, Gerakan bersama mengawasi Pilkada serentak 2020 mendatang. Penting diawasi tiap tahapan, mulai dari (pra,proses hingga pasca) Pilkada. Ketiga, Gerakan bersama untuk sadar mulai menolak politik uang, politik SARA, agar tercipta Demokrasi yang bermartabat dan melahirkan pemimpin yang baik.

Narasi-narasi di atas menjelaskan bahwa pentingnya berjejaring sejak dalam pikiran dan perjumpaan bisa menjadi jalan politik dalam gerakan generasi muda saai ini khususnya kader SKPP. Disatu sisi untuk menyamakan persepsi lintas etnis menjadi cita-cita bersama membangun demokrasi bangsa, Disisi lain lewat politik perjumpaan  memungkinkan pemuda/i dan masyarakat pada umumnya dapat melihat bangsa sebagai milik bersama yang patut dijaga bersama. Selamat Hari Sumpah Pemuda.

Marianus Y L Lejap

SKPP Bawaslu RI Angkatan III Gel. 1

Aktivis PMKRI Yogyakarta

  

SUMBER :

https://tirto.id/isi-makna-sejarah-hari-sumpah-pemuda-28-oktober-1928-eku2

https://aptika.kominfo.go.id/2020/05/kominfo-temukan-1-401-sebaran-isu-hoaks-terkait-covid-19/

https://kominfo.go.id/content/detail/8806/rendahnya-literasi-digital-jadi-penyebab-penyebaran-berita-hoax/0/sorotan_media

Lestari, G. (2015) ‘Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di Tengah Kehidupan Sara’, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(1), pp. 31–37.



Comments

Popular posts from this blog

KEMBANGKAN BISNIS HERBAL DARI UKM