SPIRIT SUMPAH PEMUDA DAN MISI SKPP 2020
Berdasarkan
catatan komposisi dan tujuan yang telah disebutkan di atas, ada beberapa
catatan. Pertama, pengakuan akan kemajemukan. Kesadaran ini menunjukkan bahwa
penerimaan akan satu sama lain diantara
pemuda/i walau memiliki latar belakang yang berbeda. Kedua, perjumpaan menjadi
sesuatu yang penting. Dengan kata lain, kemajemukan dapat menjadi manifestasi
jika ada moment perjumpaan. Pada akhirnya perjumpaan melahirkan cita-cita
bersama menjadi satu Nusa, Bangsa, dan Bahasa yaitu Indonesia.
Misi
penting dari Sekolah Kader Pengawas Partisipatif Tingkat Nasional (SKPP)
Pada 5 – 19
Oktober 2020 lalu Bawaslu Mengadakan kegiatan Sekolah Kader Pengawas
Partisipatif (SKPP)Tingkat Nasional Angkatan III gelombang 1 di Bogor Jawa
Barat. Sebanyak 50 peserta berasal dari
Prov.Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta,Bali
dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Moment SKPP ini juga mempertemukan pemuda dan
pemudi lintas Etnis, Ras, Agama dan wilayah. Kegiatan ini merupakan salah satu
inovasi Bawaslu RI untuk membangun kesadaran masyarakat terkait isu kepemiluan
dan pengawasan. dari perjumpaan ini juga melahirkan cita-cita bersama yang
menjadi misi penting para kader. Pertama, 50 orang pada angkatan ketiga ini
dapat menjadi simpul pengawas partisipatif di masyarakat. Kedua, inisiator untuk pengawasan
partisipatif di kelompok/komunitas masing-masing. Ketiga, memberikan advokasi
isu yang terjadi di masyarakat.
Sejak
pemilu 2019 sampai hari ini berita hoax atau informasi tidak benar bertebaran
di mana-mana. Media sosial (Fb, Wa
Group, Ig, Twitter) dan media online menjadi media yang paling kuat tersalurnya
hoax tersebut. Kemudian pada tahun 2020 ini kita juga akan melaksanakan pesta
demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) serentak di 270 kepala daerah,
dengan rincian 9 Pilgub, 224 Pilbub, dan 37 Pilwakot. Dalam rangka memperingati
hari ulang tahun yang ke-92 dari Sumpah Pemuda, saya membagikan refleksi
tentang spirit sumpah pemuda yang dapat menjadi Spirit Kader SKPP 2020.
Keberagaman yang rentan
Keberagaman
adalah sesuatu yang rentan. Artinya kehadirannya memungkinkan untuk persatuan
tetapi juga terbuka terhadap konflik
sosial yang berujung perpecahan. Oleh karena itu perspektif menjadi penting dalam melihatnya.
Kemajemukan
dalam perpektif persatuan telah ditunjukkan oleh generasi
Sumpah Pemuda. Mereka mengesampingkan ego kelompok untuk menyamakan tekat dan
cita-cita dengan cara bertemu. Sedangkan perspektif lain dapat ditemukan dalam
wajah intoleransi yang terjadi hari-hari ini.
Salah satu contoh kasus yang
dapat disebutkan ialah pembubaran kegiatan ibadah keagamaan tertentu oleh
sekelompok orang. Misalnya kejadian yang menimpah keluarga Jamin Sihombing yang
melakukan ibadah di rumah dan kemudian dibubarkan oleh dua pria (19/4) cikarang
Jawa Barat. Ini bukan pertama kalinya kasus intoleransi terjadi di negara kita.
Ada banyak kasus lainnya yang sudah menjadi preseden buruk bagi keberagaman
kita. Hal-hal ini menjadi kontradiktif dengan spirit kebhinekaan sebagai bangsa
yang majemuk. Jika dibiarkan, virus intoleransi ini dapat menjadi benih virus
Radikalisme yang kini telah membunuh banyak manusia di dunia. Padahal spirit
Sumpah Pemuda/i menyadari betul bahwa
keragaman yang kita miliki merupakan realitas yang harus dijaga eksistensinya
agar Indonesia tetap menjadi negara besar.
Hantaman Hoax
Dunia
sedang bergerak dalam era digital. Pembangunan infrastruktur digital menjadi
masif. Dampaknya akses informasi menjadi mungkin bagi setiap orang. Arus
informasi tak terbentung derasnya. Berita hoax menjadi salah satu dari
banyaknya informasi yang dapat diakses. Menurut Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) dan Asosiasi
Penyelenggaran Jasa Internet Indonesia (APJII) munculnya fenomena
penyebaran hoax disebabkan oleh rendahnya literasi informasi digital kepada masyarakat melalui internet. Bahkan
data dari kominfo hingga 5 Mei 2020 hasil pantauan Tim AIS Ditjen Aptika,
menunjukkan 1.401 konten hoaks dan disinformasi Covid-19 beredar di masyarakat.
Oleh karena itu, peningkatan dan penguatan literasi digital bagi masyarakat
perlu dilakukan.
Penyebaran
hoax berdampak pada kehidupan manusia., baik itu individu, agama, sosial, budaya dan bernegara.
Relasi antar manusia, agama dan budaya yang satu dengan yang lain menjadi terganggu.
Orang-orang saling mencurigai satu terhadap yang lain. Misalnya, pemilu tahun 2019, banyak
berita hoax yang disebarkan untuk menjatuhkan lawan politik. Atau pada masa
pandemi ini, ada saja berita hoax yang tersebar berkaitan dengan vaksin
covid-19. Apalagi saat pandemi ini, kita juga akan merayakan pesta demokrasi
Pilkada serentak pada 9 desember mendatang. Oleh karena itu kita perlu belajar
dari pemilu 2019 agar tidak mudah termakan informasi hoax yang dapat memicuh
konflik.
Pentingnya Jaringan
Memeriksa
kembali apa yang yang dilakukan orang muda pada
92 tahun silam, ditemukan spirit satu Nusa, satu Bangsa dan satu Bahasa.
Apa yang telah mereka tunjukkan membuktikan bahwa berjejaring menjadi penting
dalam kehidupan bersosial dan bernegara.
Berhadapan
dengan keberagamaan yang rentan, era digitalisasi, dan hoax yang terus tumbuh,
dengan spirit sumpah pemuda, generasi saat ini Khususnya Kader SKPP diajak
berjejaring. Jika Paramoedya Ananta Toer mengatakan bahwa kita harus adil sejak
dalam pikiran, maka di zaman ini, sejak dalam pikiran harus ada pikiran untuk
berjejaring. Dengan kemajuan digital, peluang berjejaring menjadi terbuka.
Dalam
membangun gerakan, berjejaring saja tidak cukup. Oleh karena itu, perjumpaan
menjadi cara selanjutnya untuk mewujudkan cara berpikir yang berjejaring. Jalan
perjumpaan merupakan ekspresi nyata kesediaan untuk menghidupi semangat Sumpah Pemuda tetapi juga langkah
gerakan bersama melawan kerentanan keberagaman. Penulis yakin bahwa setelah moment perjumpaan SKPP 2020, banyak
jalan terbuka untuk melakukan gerakan bersama.
Pertama,
gerakan bersama pasca moment perjumpaan
ialah melawan berita hoax. Sikap kritis menerima dan membagi informasi seperti
cek dan ricek sebelum disebarkan
merupakan cara menghentikan atau melawan sebaran hoax. Kedua, Gerakan
bersama mengawasi Pilkada serentak 2020 mendatang. Penting diawasi tiap
tahapan, mulai dari (pra,proses hingga pasca) Pilkada. Ketiga, Gerakan bersama
untuk sadar mulai menolak politik uang, politik SARA, agar tercipta Demokrasi
yang bermartabat dan melahirkan pemimpin yang baik.
Narasi-narasi
di atas menjelaskan bahwa pentingnya berjejaring sejak dalam pikiran dan
perjumpaan bisa menjadi jalan politik dalam gerakan generasi muda saai ini
khususnya kader SKPP. Disatu sisi untuk menyamakan persepsi lintas etnis
menjadi cita-cita bersama membangun demokrasi bangsa, Disisi lain lewat politik
perjumpaan memungkinkan pemuda/i dan
masyarakat pada umumnya dapat melihat bangsa sebagai milik bersama yang patut
dijaga bersama. Selamat Hari Sumpah Pemuda.
Marianus Y
L Lejap
SKPP
Bawaslu RI Angkatan III Gel. 1
Aktivis
PMKRI Yogyakarta
SUMBER :
https://tirto.id/isi-makna-sejarah-hari-sumpah-pemuda-28-oktober-1928-eku2
https://aptika.kominfo.go.id/2020/05/kominfo-temukan-1-401-sebaran-isu-hoaks-terkait-covid-19/
https://kominfo.go.id/content/detail/8806/rendahnya-literasi-digital-jadi-penyebab-penyebaran-berita-hoax/0/sorotan_media
Lestari, G.
(2015) ‘Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di Tengah
Kehidupan Sara’, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(1), pp.
31–37.

Comments
Post a Comment